Makalah Tentang Tata susila


/
“Om Swastyastu”
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul “Susila” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian paper ini kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami sehingga paper ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan paper ini di kemudian hari. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”
Sukawati, 12 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Susila………………………………………………………………………….. 3
2.2 Memahami beberapa ajaran-ajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan Susila  4
2.3 Contoh-contoh perbuatan susila……………………………………………………. 34
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………… 37
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………. 37
3.2 Saran-saran………………………………………………………………………………. 37
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………… 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di lembaga pendidikan formal maupun nonformal serta masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Ajaran agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengan tiga kerangka dasar, di mana bagian yang satu dengan lainnya saling mengisi, dan satu kesatuan yang bulat, sehingga dapat dihayati, dan diamalkan untuk mencapai tujuan yang disebut Moksa. Tiga kerangka dasarnya, yaitu: (1) tattwa, (2) susila, dan (3) upacara. Ketiganya secara sistematik merupakan satu kesatuan yang saling memberi fungsi atas sistem agama Hindu secara keseluruhan. Dalam paper ini akan menjelaskan tentang susila.
1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan Susila?
  2. Apa hubungannya didalam kehidupan sehari-hari?
1.3.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam paper ini adalah untuk mengetahui:
  1. Untuk memenuhi nilai pelajaran Agama.
  2. Mempelajari dan memahami susila itu.
  3.  Mengetahui contoh-contoh dari susila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Susila
Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan.
Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada.
Demi tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat untuk menjaga Dharma.
Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.
Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan.
2.2   Memahami Beberapa Ajaran Agama Hindu yang Berhubungan dengan Susila
Ada banyak pelajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan pemahaman susila di antaranya:
2.2.1    Tat Twam Asi
Tat Twam Asi berasal dari kata “Tat” yang berarti “Itu”, “Twam” berarti “Kamu”, dan “Asi” berarti “adalah”. Jadi Tat Twam Asi dapat diartikan menjadi “Itu adalah Kamu”. Kata “Itu” dapat pula diartikan sebagai “Dia” sehingga Tat Twam Asi dapat bermakna “Dia adalah Kamu”. Secara bebas dapat pula diterjemahkan menjadi “Kamu adalah Dia” jadi kamu adalah dia itu adalah sama saja. Ini berarti bahwa semua manusia pada hakekatnya adalah sama. Jika dilihat dari segi Atman atau jiwanya, maka Tat Twam Asi dapat diartikan sebagai “jiwa orang itu adalah jiwa kamu”. Jadi Atman orang ini dan Atman orang itu adalah sama. Atman itu memang sama karena bersumber dari percikan sinar suci Tuhan Yang Satu. Semua manusia sebenarnya memang bersaudara.
Dalam filsafat Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan prikemanusiaan dan Pancasila. Konsepsi sila prikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twanm Asi yang terdapat dalam kitab seci Weda. Dengan demikian, dapat dikatakan ­mengerti dan memahami serta mengamalkan/melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda. Karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tat Twain Asi ini “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama”, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran Agama Hindu Wujud nyata/rill dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keingina: (kama) manusia yang bersangkutan. Sebutan manusia sebagai makhluk hidup banyak jenis, sifat, dan ragamnya, seperti sebutan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, ekonomis, dan budaya. Semua itu harus dapat di penuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa mem­perhitungkan situasi dan kondisi serta keterbatasan yang dimilikinya. Betapa pun susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Di sinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berar masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan dalam hidup dan kehidupan ini. Kita tahu bahwa berat dan ringan. (Rwabhineda) itu ada dan selalu berdampingan serta sulit dipisahkan keberadaannya. Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu saling tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
2.2.2    Tri Kaya Parisudha
  1. A.    Pengertian Tri Kaya Parisudha.
Perbuatan Tri Mala seperti yang telah kita pelajari adalah perbuatan yang dilandasi oleh pikiran, ucapan dan perbuatan yang kotor bertentangan dengan ajaran kebenaran yaitu ajaran agama. Perbuatan yang kotor harus dihindari dengan melakukan perbuatan yang baik dan benar menurut pandangan agama.
Pikiran yang kotor perlu dikendalikan agar dapat berpikir yang baik dan benar. Ucapan yang kotor perlu dikendalikan agar dapat berkata yang baik dan benar. Dan perbuatan yang kotor juga harus dikendalikan agar menimbulkan perbuatan yang baik dan benar. Pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan benar dianjurkan dalam ajaran agama. Ajaran ini disebut Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perilaku / perbuatan yang harus disucikan.
  1. B.     Pembagian Tri Kaya Parisudha.
Tri Kaya Parisudha adalah merupakan bagian dari ajaran etika (susila) agama Hindu yang harus kita pahami dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Tri Kaya Parisudha ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
ü  Kayika Parisudha artinya perbuatan atau laksana yang baik dan benar.
ü  Wacika Parisudha artinya ucapan atau perkataan yang baik dan benar
ü  Manacika Parisudha artinya pikiran yang baik dan benar yang akan menimbulkan kesucian hati.
  1. C.    Contoh-contoh Perbuatan Tri Kaya Parisudha.
Bagaimanakah kita mewujudkan ajaran Tri Kaya Parisudha ini dalam kehidupan kita sehari-hari?
  1. Kayika Parisudha.
Kayika Parisudha adalah perbuatan atau laksana yang baik dan benar. Perbuatan yang baik dapat dilakukan dengan pengendalian tingkah laku seperti:
a)      Tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, misalnya: menyakiti hewan hingga mati, meracuni hewan sampai mati berdasarkan pikiran jahat.
b)      Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda, misalriya : mencuri, merampok, merampas, menjambret, mencopet, korupsi hanya untuk memenuhi keinginan. Menggunakan secara paksa dengan mencuri benda-benda yang tidak habis dicari seperti hutan, tanah, air, udara hanya untuk memuaskan dan memenuhi keinginan.
c)      Tidak melakukan pemerkosaan, berzinah, paksaan atau tekanan terhadap or­ang yang lemah untuk menuruti hawa nafsu seperti: memperkosa hingga merampas kehormatan orang lain, berjudi, mabuk-mabukan, narkoba dan lain-lain.
  1.  Wacika Parisudha.
Wacika Parisudha adalah perkataan yang baik, sopan dan manis didengar oleh orang lain. Perkataan itu timbul dari hati yang tulus, lemah lembut cara penyampaian dan tuturnya sopan, menyenangkan bagi orang yang mendengarnya. Untuk dapat berkata yang baik patut dipikirkan lebih dahulu. Kata-kata adalah merupakan sarana komunikasi yang paling cepat diterirna didalam pergaulan. Kata-kata yang terlanjur keluar tak dapat ditarik kembali. Mengeluarkan kata-kata harus disadari karma ada empat hal yang diperoleh dalam berkata, yakni:
  • dari perkataan akan memperoleh kebahagiaan.
  • dari perkataan akan memperoleh kematian.
  • dari perkataan akan memperoleh kesusahan.
  • dari perkataan akan memperoleh sahabat.
Perkataan yang baik patut diusahakan agar dapat menyenangkan orang lain, karena orang lainlah yang akan mendengar dan merasakannya, misalnya:
a)      Tidak berkata buruk yang dapat menyakiti hati/perasaan orang yang mendengar, seperti: mencaci maki, mencela, mengejek dll.
b)      Tidak berkata kasar kepada makhluk lain, seperti : mengancam, menghina,menghardik.
c)      Tidak memfitnah misalnya: tidak membuat laporan palsu untuk mengadu teman supaya bertengkar atau bercekcok.
d)     Tidak ingkar janji atau ucapan, misalnya : menepati waktu sesuai dengan janji, yang telah diucapkan dan tidak berkata bohong.
  1. Manacika Parisudha.
Bila diperhatikan sesungguhnya semua perbuatan kita bersumber dari pikiran. Dari pikiran yang terkendali akan menimbulkan perbuatan yang baik dan dari pikiran yang buruk menimbulkan perbuatan yang buruk pula. Ajaran Manacika Parisudha ini menuntun kita agar selalu berpikir yang baik, menuntun kita agar mengendalikan pikiran sebelum berkata dan berbuat, misalnya:
a)      Tidak menginginkan sesuatu yang tidak kekal, rnisal: tidak ingin terhadap hal-hal yang terlarang, tidak iri dan dengki terhadap kepunyaan orang lain.
b)      Tidak berpikir buruk terhadap makhluk lain, misal: tidak mempunyai niat marah terhadap sesama manusia, tidak mempunyai niat marah terhadap makhluk lain.
c)      Tidak rnengingkari karma phala, misal : percaya dan yakin akan adanya akibat dari perbuatan bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil.
  1. D.    Akibat Perilaku Tri Kaya Parisudha.
Apabila prilaku Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari maka makna dan manfaatnya akan dapat dirasakan baik terhadap diri kita pribadi, golongan maupun kelompok secara keseluruhan.
Adapun manfaat yang diperoleh adalah:
  1. Kayika Parisudha
  2. Setiap orang tidak berani menyiksa, menyakiti dan rnernbunuh makhluk lain.
  3. Setiap orang tidak berani mempergunakan kekerasan, untuk merebut benda yang diinginkan dari orang lain.
  4. Setiap orang tidak berani memaksa orang untuk berjudi, mabuk-mabukan, mempergunakan narkoba dan sejenisnya.
  1. Wacika Parisudha.
    1. Setiap orang selalu berusaha berkata yang baik tidak menyinggung perasaan orang lain.
    2. Setiap orang takut berkata-kata kasar, menghina, mengancam dan menghardik.
    3. Setiap orang tidak berani memfitnah, mengadakan laporan palsu untuk mengadu teman.
    4. Setiap orang selalu satya wacana, satya semaya, tidak berbohong dan selalu menepati janji.
  2. Manacika Parisudha.
    1. Seseorang akan selalu berpikir untuk memperoleh sesuatu secara halal.
    2. Selalu berpikir baik terhadap makhluk lain yang dilandasi bahwa semua makhluk adalah ciptaan Hyang Widhi.
    3. Mempercayai dan meyakini hukum karma phala yaitu setiap perbuatan pasti memperoleh hasil.
Dengan demikian manfaat yang diperoleh secara keseluruhan dari pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari-hari adalah :
  1. Setiap orang akan selalu berpikir dahulu sebelum berkata dan berbuat.
  2. Setiap orang akan menjadi sopan-santun dalam kehidupannya.
  3. Kehidupan di dunia akan menjadi tertib, sehingga menjadi aman, tentram, damai.
  4. Setiap orang tidak merasa takut, was-was atau curiga, karena masing-masing telah dapat mengendalikan dirinya.
Demikianlah uraian dari ajaran Tri Kaya Parisudha, contoh pelaksanaannya dan manfaat yang kita peroleh bila prilaku Tri Kaya Parisudha dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.3    Tri Mala
  1. A.    Pengertian Tri Mala.
Suatu hari I Beglur bertengkar dengan I Dursila, I Beglur memaki I Dursila dengan kata kasar dan kotor. “he, bangsat kamu, kamu otak kerbau!”
Kata-kata itu sangat tidak pantas diucapkan karena kata itu amat kotor, kotor sama dengan mala. Dalam agama Hindu mengenal tiga perbuatan kotor yang disebut Tri Mala. Tri mala itu bersumber dari pikiran, perkataan dan perbuatan yang kotor seperti berpikir buruk terhadap orang lain, berkata kasar dan kotor, memaki, memfitnah, memukul, membunuh, mencuri.
Jadi segala perbuatan yang dipengaruhi oleh pikiran, ucapan dan perbuatan kotor disebut Tri Mala.
  1. B.     Pembagian dan Contoh-contoh Perbuatan Tri Mala.
Tri mala terdiri dari tiga yaitu:
a)      Moha artinya kejahatan dalam pikiran.
b)      Mada artinya kejahatan karena ucapan.
c)      Kasmala artinya kejahatan karena perbuatan.
Tri Mala ini patut kita hindari karena jika tidak dihindari dapat menghancurkan hidup kita. Bagaimana sesungguhnya wujud dari perilaku Tri Mala?
Contoh-contoh tri mala.
a)      Moha adalah bingung. Kebingungan muncul karena pikiran yang tidak terkendali. Pikiran yang tergolong moha adalah :
ü  Menginginkan sesuatu yang tidak halal, misal: mencuri, merampok, merampas, menjambret.
ü  Berpikir buruk terhadap orang lain, misal : menganggap orang lain benci kepada kita, menganggap orang lain iri kepada kita.
ü  Mengingkari hukum karma pala yaitu tidak percaya akan akibat perbuatan akan mendatangkan hasil.
b)      Mada artinya congkak, kecongkakan atau kesombongan muncul karena ucapan yang tidak terkendali. Misainya :
ü  Mencaci maki, menghardik, berkata jahat dan kotor kepada orang lain.
ü  Suka memfitnah, suka menceritakan kejelekkan orang lain.
ü  Suka bohong, sering ingkar janji dan ucapan yang membuat orang lain tidak senang.
Pertengkaran membuat seseorang mengeluarkan kata-kata kasar, memaki, berkata kotor. Agar tidak menimbulkan pertengkaran hati-hatilah mengeluarkan kata, hindarilah kata yang kasar dan kotor, yang membuat orang lain tidak senang mendengarnya.
c)      Kasmala artinya kotor atau buruk. Kasmala dalam Tri Mala artinya perbuatan kotor atau jahat, milsalnya:
ü  Membunuh atau menyiksa makhluk lain berdasarkan pikiran jahat disebut himsa karma.
ü  Melakukan kecurangan terhadap harta benda, menipu, korupsi, mencopet, merampok, melakukan perbuatan yang menimbulkan keonaran di masyarakat.
ü  Melakukan perbuatan jinah diluar pernikahan misalnya: kumpul kebo, melakukan hubungan sex sebelum nikah, melakukan pemerkosaan sampai merusak kehormatan orang lain.
Perkelahian antar siswa atau antar massa dapat menimbulkan keonaran dalam masyarakat. Perbuatan yang demikian merugikan semua pihak. Kejadian seperti itu diakibatkan oleh pikiran yang kotor dan kata-kata yang kotor. Hindarilah semua itu kendalikanlah pikiran dan ucapan agar menimbulkan kedamaian, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat.
Demikianlah uraian mengenai Tri Mala yang semua unsurnya menunjukkan perbuatan yang jahat dan kotor bertentangan dengan ajaran kebenaran.
2.2.4    Sapta Timira
A. Pengertian Sapta Timira.
Sapta Timira adalah tujuh macam kegelapan atau ­kemabukan yang mempengaruhi pikiran kita. Penyebabnya antara lain rupa yang tampan / cantik, kekayaan, kepandaian keturunan atau kebangsawanan, keremajaan, minuman keras dan keberanian.
Bila seseorang dapat menghindari ketujuh penyebab kemabukan / kegelapan pikiran ini maka disebut orang utama dan bijaksana. Oleh karena itu marilah kita kendalikan pikiran kita dari kemabukan oleh sapta timira itu agar kita menjadi orang yang utama dan bijaksana.
B. Bagian-bagian Sapta Timira.
Sapta Timira terdiri dari tujuh bagian yakni:
a)      Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik
b)      Dana adalah harta benda.
c)      Guna adalah kepandaian.
d)     Kulina adalah keturunan dan kebangsawanan
e)      Yowana adalah keremajaan.
f)       Sura adalah minuman keras.
g)      Kasuran adalah keberanian.
Demikianlah bagian-bagian Sapta Timira,sekarang marl kita bahas satu persatu.
a)       Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik.
Kita tidak boleh sombong bila memiliki wajah tampan atau cantik karena semua itu ­adalah anugrah Sang Hyang Widhi. Kecantikan dan ketampanan itu hendaknya disertai dengan perilaku yang baik. Kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, dia hanya bersifat sementara. Bila kita sudah tua hilanglah semua itu yang tinggal hanya badan yang renta, wajah keriput, tidak memiliki lagi kecantikan /ketampanan, tinggal menunggu kapan waktunya kita berpulang (meninggal) dan akan terlupakan.
Seseorang yang berprilaku baik akan dikenang sepanjang jaman. Seperti Dewi Sita yang kecantikannya sulit disamai, tetapi karena prilakunya baik, jujur dan setia kepada suaminya Sang Rama maka hingga kini beliau dikenang sebagai tokoh yang berbudi luhur. Walaupun sekian lama berada di puri Alengka, dewi Sita tetap mempertahankan kesuciannya untuk tidak dijamah oleh Sang Rahwana. Tidak pernah kecantikannya itu dipergunakan untuk menggoda laki-laki. Tetapi Dewi Sita tetap teguh iman, berbudi luhur dan sangat taat terhadap kewajibannya sebagai istri Sang Rama.
Demikian pula dengan kita bila memiliki rupa yang cantik/tampan kita harus tetap berbudi luhur, agar kita tidak terjerumus kehal-hal yang menyimpang dari dharma. Bila rupa yang cantik/tampan tidak disertai prilaku yang baik sehingga dia menjadi sombong dan angkuh merasa diri paling cantik/tampan, orang lain diremehkan dan direndahkan. Inilah yang disebut mabuk surupa.
b)    Dhana adalah harta benda.
Orang tua kita bekerja keras tidak kenal lelah, bekerja untuk mendapatkan uang agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi berbagai cara ditempuh oleh orang-orang untuk mendapatkan uang. Ada dengan berdagang, ada dengan bekerja menjadi buruh, menjadi pegawai, menjadi sopir dll. Bagaimana dengan orang yang mendapat uang dari hasil merampok, mencuri, korupsi atau menipu?
Dalam agama Hindu diajarkan bahwa harta benda itu hendaknya dicari dengan jalan yang benar berdasarkan dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma. Harta yang diperoleh dengan cara yang menyimpang dari dharma dan cara penggunaannyapun menyimpang dari dharma, misalnya berfoya-foya menghamburkan uang, menggunakan harta bendanya hanya untuk kepentingan sendiri. Orang yang demikian menganggap harta benda yang diperolehnya adalah miliknya sendiri. Orang yang seperti inilah yang disebut mabuk karena harta (dhana).
Dalam agama Hindu juga diajarkan mengenai penggunaan harta benda itu dengan dharma, yakni: harta benda yang kita miliki hendaknya dibagi tiga. Sepertiga bagian adalah untuk beryadnya, sepertiga bagian adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sepertiganya lagi untuk disimpan dan dikelola untuk persiapan hidup masa depan. Demikianlah dhana itu agar dicari dengan cara dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma pula.
c)      Guna adalah kepandaian.
Pernahkah kamu menonton tari legong atau sendratari? Tariannya begitu indah bukan? Keindahan tarian itu disebabkan oleh kepintaran penarinya menarikan tarian itu. Pernahkah kamu pergi ke musium lukisan? Disana akan kamu lihat lukisan yang sangat indah dan bagus, harganyapun sangat mahal dan tergantung dari bagus tidaknya lukisan itu. Lukisan itu bagus karena pelukisnya pandai melukis.
Seorang penyanyi akan mendapat bayaran mahal bila dia bisa bernyanyi dengan baik. Seorang penyanyi bisa bernyanyi dengan baik karena mereka belajar. Kepandaian itu sangat penting dan berguna bagi kita. Kepandaian itu dapat mempermudah hidup kita. Kepandaian menari, menyanyi, melukis dapat mendatangkan uang dan mempermudah hidup kita.
Bagaimana dengan orang yang menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang tidak baik? Misalnya orang pintar merakit bom, setelah bomnya jadi digunakan untuk ngebom suatu tempat yang menyebabkan rakyat resah dan menimbulkan banyak korban. Orang yang pandai membuat senjata dan senjatanya itu digunakan untuk merampok. Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena kepandaian.
Dalam ajaran agama Hindu diajarkan agar kepandaian itu untuk digunakan untuk kepentingan bersama, untuk memajukan bangsa, untuk mengharumkan nama bangsa. Bukan sebaliknya kepandaian yang di miliki untuk menghancurkan bangsa  dan untuk menyengsarakan orang lain.
Demikianlah bahwa kepandaian itu sangat penting dalam kehidupan kita. Hendaknya kepandaian itu digunakan untuk hal-hal yang baik berdasarkan dharma.
d)     Kulina adalah keturunan / kebangsawanan.
Keturunan menentukan asal usul seseorang. Seseorang yang berasal dari keturunan yang baik akan dihormati oleh orang. Keturunan dapat menjadi kebanggaan seseorang, akan tetapi kebanggaan yang berlebihan akan asal-usul keturunan menyebabkan kita menjadi sombong dan angkuh. Orang yang merasa diri keturunan bangsawan atau dari keturunan pejabat merasa lebih tinggi derajadnya dari orang lain. Mereka menganggap orang rendah dari dirinya, sehingga dia memperlakukan orang dengan seenaknya saja.
Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena keturunan (kulina). Orang seperti ini akan dijauhi oleh teman-temannya. Seseorang yang berasal dari keturunan baik disertai dengan prilaku yang baik akan dihormati oleh orang lain. Demikianlah keturunan / kebangsawanan bukan jaminan bagi kita untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain. Tetapi yang terpenting adalah perilaku kita. Darimanapun asal keturunan kita bila perilaku kita baik sesuai dengan dharma, orang yang demikian akan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
e)      Yowana / Kayowanan adalah keremajaan.
Masa remaja adalah masa yang paling indah. Orang remaja hidupnya senang, tenaganya kuat, pikirannya tajam dan jiwanya labil, mudah terpengaruh. Bila imannya tidak kuat mereka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dan akan merugikan dirinya sendiri. Coba kamu perhatikan remaja pengguna narkoba, peminum minuman keras, suka kebut-kebutan, suka berantem, suka bolos sekolah.
Bagaimana masa depan mereka? Tentu suram bukan?
Orang seperti inilah yang disebut mabuk kayowanan. Mereka tidak bisa menggunakan masa remajanya dengan baik bahkan mereka terjerumus pada hal-hal yang buruk. Apakah yang perlu kamu lakukan agar masa mudamu bermanfaat? Seorang remaja hendaknya memanfaatkan keremajaannya untuk melakukan hal-hal yang baik atau hal­-hal yang bersifat positif. Misalnya: belajar dengan tekun, taat beribadah, mengisi diri dengan kegiatan-kegiatan positif seperti: olahraga, berorganisasi, belajar ketrampilan dll yang bermanfaat.
Bila semua itu kamu lakukan maka tentu masa depanmu cerah dan kamu akan dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Seorang petinju yang baik dan kuat dapat mengharumkan nama daerah atau nama bangsa karena mereka berhasil menang dalam pertandingan. Seorang ilmuwan akan berguna untuk memajukan perekonomian bangsanya dengan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Misalnya: Pak Oles, beliau memiliki ketrampilan bidang tanaman dan obat-obatan tradisional, melalui obat bokasinya beliau mengharumkan nama Bali.
Jadi masa remaja itu hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang positif agar kamu menjadi orang yang berguna dan masa depanmu cerah.
f)       Sure adalah minunam keras.
Pernahkah kamu melihat orang yang mabuk karena minum arak? Orang yang mabuk, bicaranya ngawur, pikirannya kacau dan sering berbuat diluar kontrol. Sering kita dengar atau baca dikoran pengendara sepeda motor nabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang disebabkan karena orang itu mabuk.
Arak adalah termasuk minuman keras artinya minuman yang mengandung alkohol. Bila diminum berlebihan dia akan mempengaruhi sistem saraf kita dan hal inilah yang menyebabkan mabuk. Karena pengaruh alkohol dalam tubuh maka pikiran menjadi gelap. Sulit membedakan mana yang baik mana yang buruk, tubuh menjadi lemas, mata berkunang-kunang. Bila terlalu sering minum minuman keras maka alkoholnya akan dapat merusak jaringan saraf kita dan orang pemabuk akhirnya menjadi seperti orang gila. Dia suka bicara sendiri, matanya selalu merah, cepat marah dan mengamuk.
g)      Kasuran adalah keberanian.
Perlukah keberanian itu pada diri kita? Tentu sangat perlu. Orang penakut adalah orang pengecut. Orang penakut selalu ragu-ragu dalam bertindak karena takut salah, takut ditertawai, takut dimarahi, takut diejek dll. Orang penakut hidupnya tidak bisa maju. Keberanian itu perlu kita miliki. Kita harus berani mengambil resiko dari apa yang kita lakukan kita harus berani mengeluarkan pendapat, kita harus berani membela kebenaran, kita harus berani menunjukkan karya kita. Seorang pemberani hidupnya selalu bergairah dan maju.
Bagaimana halnya dengan orang yang berani melawan orang tua, berani melawan hukum, berani melanggar peraturan lalu-lintas. Keberanian seperti inilah yang perlu kita hindari. Sebab mabuk karena keberanian akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik, misalnya: terjadi pengrusakan, kerusuhan, kecelakaan dan lain-lain.
2.2.5    Sad Atatayi
  1. A.    Pengertian Sad Atatayi.
Pernahkah kamu mendengar orang mati karena dibunuh? Pernahkah kamu mendengar orang dibakar hidup-hidup? Perbuatan yang demikian adalah pembunuhan yang sangat kejam. pembunuhan yang sangat kejam ini dalam agama Hindu disebut sad atatayi. Sad Atatayi artinya enam macam pembunuhan kejam.
Sad atatayi terdiri dari enam bagian yakni:
  1. Agnida              :    membakar sampai menimbulkan kematian,
  2. Wisada              :    meracuni,
  3. Atharwa            :    melakukan ilmu hitam.
  4. Sastrghna          :    mengamuk dengan senjata sampai menimbulkan kematian.
  5. Bratikrama        :    menyiksa atau memperkosa.
  6. Raja Pisuna       :    memfitnah.
  7. B.     Bagian-bagian Sad Atatayi.
Seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa sad atatayi terdiri dari enam bagian. Kini kita bicarakan satu persatu:
  1. Agnida adalah membakar milik orang lain.
Membakar rumah dengan sengaja rumah orang lain atau membakar orang dalam keadaan hidup sampai menimbulkan kematian, ini adalah pembunuhan yang sangat kejam. Hal ini sangat bertentangan dengan agama. Dosanya sangat besar. Kita mestinya saling menyayangi dengan sesama manusia.
  1. Wisada adalah meracuni yang mengakibatkan kematian orang lain.
Racun adalah suatu alat yang dapat merusak jaringan tubuh kita hingga berakibat fatal yaitu kematian. Meracuni orang hingga menyebabkan kematian itu perbuatan yang kejam dan sangat dilarang oleh ajaran agama. Perbuatan yang demikian harus dihindari dengan cara menumbuhkan rasa kasih kepada setiap orang.
  1. Atharwa adalah melakukan ilmu hitam.
Masih ingatkah kamu dengan peristiwa dukun santet yang heboh itu? Karena dituduh memiliki ilmu santet maka mereka dibantai, dibunuh dengan cara yang kejam. Melakukan ilmu hitam juga dapat mengancam nyawa orang lain. MisaInya bila ada orang yang kena santet, orang itu sakitnya tidak bisa disembuhkan sampai dia meninggal. Dengan demikian melakukan ilmu hitam bertentangan dengan ajaran agarna. Perbuatan yang demikian seharusnya dihindari. Tuhan akan memberikan hukuman bagi orang yang berbuat dosa.
  1. Sastraghna adalah mengamuk.
Mengamuk dengan menggunakan senjata tajam hingga mengancam jiwa or­ang lain adalah perbuatan dosa. Menusuk orang dengan senjata tajam, menebas dengan pedang, memukul dengan benda keras itu semua pembunuhan yang sangat kejam, yang patut dihindari. Pada umumnya orang yang suka mengamuk adalah orang pemarah. Dia tidak bisa mengendalikan kemarahannya sehingga pikirannya kacau menyebabkan sangat sulit membedakan mana yang benar mana yang salah, sehinaga dia berbuat diluar kontrol dan menimbulkan keonaran bahkan mengancam jiwa orang lain. Oleh karena itu hindari diri dari kemarahan dengan bersifat sabar. Orang sabar pikirannya tenang dapat terhindar dari perbuatan buruk.
  1. Pratikrama adalah menyiksa atau memperkosa.
Menyiksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya, memaksa seseorang Untuk melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, rnemaksa seseorang menyerahkan miliknya dengan paksa, rnemaksa orang lain melakukan tidak sesuai dengan pekerjaannya. Semua itu termasuk menyiksa atau memperkosa hak orang lain. Hal itu tidak boleh di lakukan karena setiap orang memiliki hak yang sama. Kita harus menghormati dan menghargainya. Menghormati dan menghargai orang lain sama dengan menghargai diri sendiri.
  1. Raja pisuna adalah memfitnah.
Memfitnah lebih kejam daripada pembunuhan mengatakan sesuatu yang tiada benar dengan maksud yang tidak benar. Dengan fitnahan dapat membahayakan nyawa orang lain. Menyatakan sesuatu yang tidak benar sama dengan berbohong. Berbohong bersumber dari kata-­kata. Berkata jujur dan baik dapat mendatangkan kebaikkan. Berkata bohong atau jahat dapat menimbulkan musuh bahkan dapat menimbulkan kematian. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya kendalikanlah kata­-kata. Berhati-hatilah dalam berkata-kata. Janganlah suka memfitnah, memfitnah itu perbuatan dosa yang bertentangan dengan ajaran agama. Jadi sad atatayi itu tidak boleh dilakukan, karena itu adalah perbuatan yang sangat kejam, penuh berlumur dosa yang menyebabkan hidup kita menderita.

0 komentar:

Posting Komentar