A. Pengertian nama Hindu dan Hindu Dharma
agama hindu memiliki nama 
asli ”sanata dharma” yakni agama yang telah ada sebelum agama – agama 
lain.. ajaran dharma ini dikenal dengan nama indus culture (kebudayaan 
lembah sungai sindu/indus). Dalam pengucapan terdapat perubahan lafal 
”S” ke ”H”, yakni shindu menjadi hindu. Sedangkan di indonesia dikenal 
dengan sebutan hindu dharma.
 Nama hindu mengandung arti agama yang 
suci berkebudayaan tinggi. AG. Honig (1993) memberikan batasan tentang 
agama hindu sebagai suatu agama yang merupakan akulturasi dari 
kebudayaan, adat – istiadat (tradisi), filsafat dan ajaran agama yang 
ada sebelum hindu muncul. Gorinda Das (seorang filosof india) mengatakan
 bahwa agama hindu itu laksana  bola salju yang menggelinding, dimana 
lama kelamaan makin membesar karena menyerap apa saja yang dilewatinya. 
Karena itu agama hindu bersifat fleksibel terhadap situasi dan kondisi.
B. Asal Agama Hindu dan Perkembangannya
1. Asal Agama Hindu
Berdasarkan
 beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya 
berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para
 Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab 
Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke 
seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, 
Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia
2. Perkembangan Agama Hindu
Govinda Das menjelaskan sejarah panjang agama hindu ke dalam 3 bagian besar yaitu :
a. zaman weda, yakni zaman sejak masuknya bangsa arya di punjab hingga timbulnya agama budha (500 SM) zaman ini dibagi 3 yaitu:
•
 Zaman Weda Purba, kurang lebih sejak 1500 SM kira – kira sampai 1000 
SM. Dimana bangsa arya masih berada di punjab, daerah sungai indus atau 
shindu. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah 
Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. 
Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan 
perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa 
dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada
 jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan 
Sudra. 
• Zaman Brahmana, mulai tahun 1000 – 750 SM. Pada zaman ini 
imam – imam atau para brahmana telah menghasilkan kitab – kitab yang 
berbeda dengan sebelumnya. Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana 
amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan 
persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini 
ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang 
teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan 
upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan 
wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda. 
•
 Zaman Upanisad, yakni pada tahun 750 – 500 SM. Pada zaman ini peradaban
 mulai berkembang, pusat peradaban berpindah dari punjab ke gangga. pada
 Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan
 Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang 
lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad
 ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu 
jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran
 filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada 
ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan 
sebagai Tri Murti menjadi umum. 
b. Zaman Agama Budha, sejak tahun 
500 SM hingga kira – kira tahun 300 M. Pada zaman ini lahirlah agama 
Budha yang berlainan sekali dengan agama Weda (zaman sebelumnya). Jaman 
Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", 
menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan 
semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. 
c. 
Zaman Hindu, mulai tahun 300 M hingga sekarang. Agama Hindu zaman ini 
memperoleh pengaruh dari agama budha dan agama sebelumnya.
3. Masuknya Agama Hindu ke Indonesia
Masuknya
 agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat 
diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada 
abad ke 4 Masehi dengan diketemukannya tujuh buah Yupa peninggalan 
kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan 
keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan 
bahwa: "Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya 
oleh Mulawarman". Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman
 melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. 
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, 
misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi 
kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan 
kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan 
suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga 
berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh 
buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, 
Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa 
Sansekerta dan memakai huruf Pallawa. Seorang penjelajah Cina bernama Fa
 Hien berpendapat bahwa pada permulaan abad ke lima telah menyaksikan 
masyarakat brahmana di pulau jawa. Dan tulisan – tulisan dalam bahasa 
sanskerta di dapat kira – kira pada zaman itu. 
Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam
 bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan 
bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan 
dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Mookerjee (ahli - India tahun 1912).
Menyatakan
 bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para 
pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa 
(Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai 
tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering 
mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama 
ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli - Belanda).
Menyatakan
 bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran
 agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan 
Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
 Pada perkembangan selanjutnya berdiri kerajaan hindu di Indonesia. Hal 
ini dapat dilihat dari peninggalan atau sisa kerajaan tersebut 
antaralain :
a. Peninggalan kerajaan kutai di kalimantan, dengan raja mulawarman sekitar tahun 400 M. Yaitu yupa.
b.
 Peninggalan kerajaan tarumanegara di bogor jawa barat, abad ke 5 yakni 
prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan
 Lebak.
c. Prasasti canggal di jawa tengah yang berbahasa  sanskerta 
dan huruf palawa. Prasasti canggal dikeluarkan oleh raja Sanjaya pada 
tahun 654 Caka (576 M).
d. Prasasti dinoyo di malang, jawa timur. 
Sekitar tahun 670 M. Berbahasa sanskerta dan berbahasa jawa kuno, isinya
 memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh raja Dea 
Simba pada tahun 760 M.
e. Kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada
 jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan 
candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman 
kerajaan Singosari.
f. Kerajaan majapahit, puncaknya pada tahun 1293 – 1528 M.
g. Candi – candi yang bertebaran di jawa, seperti candi prambanan dll.
h.
 Peninggalan – peninggalan agama hindu di bali. Kedatangan agama Hindu 
di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini dapat dibuktikan dengan 
adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara 
Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng 
Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
4.  Tujuan Agama Hindu
Tujuan
 agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah 
"Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama 
(dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan 
hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini 
secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan 
hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti 
kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai 
kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang 
dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup  manusia. Kama artinya 
hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti 
kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan. 
Di dalam memenuhi segala 
nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang 
dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena 
seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu 
atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma 
harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, 
sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
    Kamarthau Lipsmanastu
    dharmam eweditaccaret,
    na hi dhammadapetyarthah
    kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada
 hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma 
dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan 
diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha 
dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai 
kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah
 yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan
 jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga. 
C. Kitab Suci
 
Kitab suci agama Hindu dinamakan Weda (Veda). Secara etimologis dan 
pengertian semantik berari ”pengertian suci”. Dengan kata lain weda 
adalah pengetahuan dan kebijaksanaan suci, merupakan dokumen pertama dan
 tertua yang dimiliki oleh umat manusia. Veda merupakan wahyu atau sabda
 Tuhan Yang Maha Esa yang disebut sruti, artinya yang didengar (revealed
 teaching). Wahyu weda tersebut diterima oleh beberapa Maharsi dalam 
waktu yang berbeda – beda. Mereka penerima wahyu berjumlah tujuh Maharsi
 yang disebut Sapta Rsi. Maharsi Wyasa adalah yang paling banyak jasanya
 dalam mengkodifikasikan Weda, dibantu oleh 4 siswanya, yaitu :
1. Maharsi Paila, penghimpun Kitab Rg Veda Samhita
2. Maharsi Waisampayana, penghimpun Yajur Veda Samhita
3. Maharsi Jaimini, penghimpun Sama Veda Samhita
4. Maharsi Sumantu, penghimpun Atharwa Veda Samhita.
Bahasa
 yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta
 dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa 
Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku 
pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta 
menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan
 nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan 
tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi 
Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti 
pula oleh Rsi Wararuci.
Kitab – kitab weda tersebut isinya mengandung
 mantera – mantera dan petunjuk – petunjuk bagi para pendeta untuk 
melakukan upacara – upacara, termasuk korban – korban (sesajen dll). 
Disamping kitab Weda dikenal juga kitab Ramayana, kitab Mahabarata dan 
kitab Bhagawadgita.
D. Pokok – pokok Ajaran dan Sistem Kepercayaan
1. Pokok Ajaran Hindu
Pokok Ajaran Hindu berkisar pada kerangka dasar Agama Hindu yang berjumlah tiga perkara yaitu : 
a. Tatwa (filsafat)
b. Fusila (Sopan santun dan keadaban)
c. Upacara (perbuatan Agama)
2. Sistem Kepercayaan/Keimanan Agama Hindu
 Sistem keimana Agama Hindu mengacu pada doktrin panca sradha (lima kepercayaan) yaitu :
a.
 Percaya adanya Sang Hyang Widi Wasa. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang 
disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala 
yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai 
pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala 
isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari 
segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) 
bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
Etadyonini bhutani
 sarvani ty upadharaya
 aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
Ketahuilah,
 bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah
 asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.
b.  Percaya adanya Atman atau roh leluhur, bila atman meninggalkan badan maka makhluk itu akan mati.
Atman
 adalah percikan kecil dari Paramatman (Hyang Widhi/Brahman). Atman di 
dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu 
hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir 
adalah Atman yang mengemudikan dan kreta adalah badan. Demikian Atman 
itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini.
     "Angusthamatrah Purusa ntaratman
       Sada jananam hrdaya samnivish thah
       Hrada mnisi manasbhikrto
       yaetad, viduramrtaste bhavanti". (Upanisad)
Ia
 adalah jiwa yang paling sempurna (Purusa), Ia adalah yang paling kecil,
 yang menguasai pengetahuan, yang bersembunyi dalam hati dan pikiran, 
mereka yang mengetahuinya menjadi abadi. 
c.  Percaya adanya hukum 
karmaphala, buah dari perbuatan yang dapat dirasakan akibatnya. Segala 
gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau 
buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu 
disebut "Karma". Ditinjau dari segi ethimologinya, kata karma berasal 
dari kata "Kr" (bahasa sansekerta), yang  artinya bergerak atau berbuat.
 Menurut Hukum Sebab Akibat,  maka segala sebab pasti akan membuat 
akibat. Demikianlah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan 
menimbulkan akibat, buah, hasil atau pahala. Hukum sebab akibat inilah 
yang disebut dengan Hukum Karma Phala.
Di dalam Weda disebutkan 
"Karma phala ika palaing gawe hala ayu", artinya karma phala adalah 
akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma (Clokantra 68).
d.
  Percaya adanya Samsara atau punarbhawa. Roh atau jiwatman takselamanya
 berada di dalam surga atau neraka, tetapi ia akan lahir kembali kedunia
 ( reinkarnasi). Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang 
disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara.  Di dalam 
Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia 
ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang 
berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa
 ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan
 kematian akan diikuti oleh kelahiran". Demikian pula disebutkan:
     Sribhagavan uvacha,
     bahuni me vyatitani,
     janmani tava cha rjuna,
     rani aham veda sarvani,
     na tvam paramtapa (Bh. G. IV.5)
Sri
 Bhagawan (tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian 
pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau sendiri 
tidak,. Parantapa.
e.  Percaya adanya Moksa. Bila seseorang terlepas 
dari ikatan dunia maka ia akan mencapai moksa. Dalam Weda disebutkan: 
"Moksartham Jagadhitaya ca itu dharma", maka Moksa merupakan tujuan yang
 tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang 
bersifat duniawi dan terlepasnya Atman danri pengaruh maya serta bersatu
 kembali dengan sumber-Nya, yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai 
kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal 
abadi yang disebut Sat Cit Ananda.
Orang yang telah mencapai moksa, 
tidak lahir lagi kedunia, karena tidak ada apapun yang mengikatnya. Ia 
telah bersatu dengan Paramatman. Bila air sungai telah menyatu dengan 
air laut, maka air ungai yang ada di laut itu akan kehilangan 
identitasnya. Tidak ada perbedaan lagi antara air sungai dengan air 
laut. Demikianlah juga halnya, Atman yang mencapai Moksa. Ia akan 
kembali dan menyatu dengan sumbernya yaitu Brahman.
Bahunam janmanam ante,
jnanavan mam prapadyate,
vasudevah sarvam iti,
sa mahatma sadurlabhah. (Bh. G. VII. 19)
Pada
 banyak akhir kelahiran manusia, orang yang berbudi (orang yang tidak 
lagi terikat oleh keduniawian) datang kepada-Ku, karena tahu Tuhan 
adalah sealanya; sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu.
E. Sistem Teologi (Konsep Ketuhanan)
Sesungguhnya,
 setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak 
kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang 
mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku 
secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, 
menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada 
sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
 Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab 
pertama segala yang ada.
Karena agama itu adalah kepercayaan, maka 
dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan iman yang 
menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain 
adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang 
terjadi. Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada tempat 
lain dari pada-Nya tempat kita kembali. Keimanan kepada Tuhan ini 
merupakan dasar kepercayaan agama Hindu.
Ajaran agama hindu 
mempercayai adanya Brahman yang tunggal yang disebut Sang Hyang Widhi 
Wasa. Disamping itu percaya adanya dewa – dewa. Dewa tersebut adalah 
bagian inetgral yang tidak terpisahkan, yakni sebagai sifat – sifat Sang
 Hyang Widhi Wasa. Dewa yang dimaksud trimurti yaitu:
1. Dewa Brahma adalah sifat pencipta dari Sang Hyang Widhi Wasa
2. Dewa Wisnu Adalah sifat pemelihara dari Sang Hyang Widhi Wasa
3. Dewa Sywa adalah sifat Perusak dari Sang Hyang Widhi Wasa
Ktiga
 dewa tersebut dilambangkan dengan AUM (Brahma = A. Wisnu = U dan Sywa =
 M). Pelafalan dari AUM kemudian menjadi OM, seperti OM Swastyastu atau 
OM Shanti, Shanti, Shanti.
F. Etika dalam agama Hindu
 Dalam kitab Bhagavadgita disebutkan dua kecenderungan utama manusia, Yaitu:
1.
 Daiwi Sampat, yaitu kecenderungan kedewataan; kecenderungan mulia yang 
menyebabkan manusia berbudi luhur yang pada gilirannya mendapatkan 
kerahayuan.
2. Asuri Sampat, yaitu kecenderungan keraksaan; 
kecenderungan rendah yang menyebabkan manusia berbudi rendah yang pada 
gilirannya manusia itu jatuh ke jurang neraka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
0 komentar:
Posting Komentar